Enam Nasihat dalam Menghadapi Virus Corona


Asy-Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq Al-Badr حفظه الله (Guru Besar Universitas Islam Madinah)
Dirangkum dari penjelasan Ustadz Sofyan Chalid Ruray حفظه الله


*********

Pertama,

الواجب على كلٍّ مسلمٍ أن يكون في أحواله كلها معْتصمًا بربِّه جلّ وعلا متوكِّلاً عليه معتقدًا أنّ الأمور كلّها بيده
Wajib bagi setiap muslim dalam semua kondisinya untuk selalu memohon perlindungan kepada Rabb-nya, Allah yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, bertawakkal kepada-Nya dan meyakini bahwa segala sesuatu adalah takdir Allah jalla wa 'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda:

ما شاء الله كان و ما لم يشأ لم يكن

"Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak ia kehendaki tidak terjadi." [HR. Abu Dawud]

Tidak ada sebutir pasir pun yang bergerak ditiup oleh angin kecuali kehendak Allah. Tidak setetes air yang mengalir, tidak ada banjir yang besar, tidak ada tsunami, kecuali itu kehendak Allah. Tidak ada daun yang gugur dari pohonnya kecuali itu kehendak Allah. Termasuk segala macam musibah dan malapetaka yang menimpa manusia harus selalu kita yakin bahwa itu adalah takdir Allah. Maka saat itu musibah yang kita dengarkan, atau bahkan yang menimpa diri kita, akan menjadi kebaikan bagi kita jika kita selalu memiliki keyakinan tersebut. Di antara bentuk kebaikan itu adalah Allah tambahkan hidayah kepada kita sebagaimana firman-Nya:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

"Tidak ada satu musibah yang menimpa, kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya." [At-Taghabun: 11]

Beliau juga mengingatkan kita sebagaimana firman Allah Ta'ala:

قُلْ مَن ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً

"Katakanlah: Siapakah yang dapat melindungi kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” [Al-Ahzab: 17]

Di Suart Az-Zumar ayat ke 38, Allah Ta'ala juga memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan:

إِنْ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَٰتُ رَحْمَتِهِۦ قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

"Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri."

Juga di Surat Fathir ayat ke-2, Allah 'azza wa jalla menegaskan:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا

"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya"

Bahkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, ketika Rasulullah ﷺ menasihati Ibnu Abbas radhiallahu 'ahuma yang ketika itu beliau masih berusia 9 tahun. Perhatikan bahwa anak sekecil itu ditanamkan keimanan kepada Allah oleh Rasulullah ﷺ. Ditanamkan hanya Allah yang menetapkan segala kebaikan dan keburukan. Ditanamkan untuk selalu bergantung hanya kepada Allah, tidak takut kepada apapun selain Allah. Rasulullah ﷺ mengatakan kepadanya:

واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء ، لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ، وإن اجتمعوا على أن يضروك بشيء ، لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك ، رفعت الأقلام وجفت الصحف

"... Ketahuilah bahwasanya umat ini seandainya mereka bersatu untuk memberi kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu dalam rangka memberikan kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak akan mampu memberi kemudharatan kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran catatan telah kering."

Di dalam hadits lain Rasulullah ﷺ juga  menyampaikan:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” [HR. Muslim No. 2653]

Maka wajib atas setiap muslim untuk menyerahkan segala urusan hidupnya kepada Allah. Besandar hanya kepada Allah disertai dengan roja' (rasa harap) dan khauf (rasa cemas), bergantung dan bertawakkal dan tidak ada yang dia harapkan untuk afiyah-nya (kesehatan - keselamatannya, red) kecuali dari Allah tabaraka wa ta'ala.

Maka bagi seorang muslim peristiwa-peristiwa dan musibah-musibah tidaklah menambah kepadanya kecuali dia menjadi lebih beserah diri, bergantung, dan berlindung kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Allah telah berjanji:

وَ مَنۡ یَّعۡتَصِمۡ بِاللّٰہِ فَقَدۡ ہُدِیَ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ

"Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." [QS. Ali Imran: 101]

Musibah-musibah yang terjadi harus lebih menambah keimanan kita kepada Allah. Dan Allah akan membalas dengan tambahan keimanan kalau kita menguatkan iman kita bahwa ini semuanya terjadi dengan takdir Allah 'azza wa jalla. Bahkan hal ini termasuk ke dalam rukun iman yang ke-6 yaitu:

وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

"... beriman kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk" [Hadits ke-2 Arba'in Nawawi]

Apapun yang terjadi di muka bumi ini adalah takdir Allah subhanahu wa ta'ala. Hanya saya perlu kita ingatkan bahwa keburukan terjadi juga bisa jadi akibat ulah manusia yaitu dosa-dosa yang mereka lakukan. Oleh karena itu banyak ulama juga menjelaskan bagi setiap muslim ketika menghadapi musibah juga bertaubat kepada Allah 'azza wa jalla. Sebagaimana di dalam Al-Qur'an telah Allah ingatkan:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." [QS. Ar-Rum: 41]

Di antara tujuan Allah menurunkan musibah kepada manusia adalah agar mereka merasakan dosa yang telah mereka lakukan dan agar mereka bertaubat. Ali bin Abi Thalib radhiallhu 'ahnu pernah mengatakan:

مَا نَزَلَ بَلَاءٌ إلَّا بِذَنْبٍ وَلَا رُفِعَ إلَّا بِتَوْبَةٍ

"Tidaklah turun bala' kecuali karena dosa, dan tidaklah dihilangkan kecuali dengan taubat."

Kita tidak bisa memastikan seseorang melakukan suatu dosa maka akan mendapatkan suatu hukuman tertentu di dunia. Tetapi kita harus memilik sikap khawatir bahwa bisa saja musibah yang menimpa kita karena dosa yang pernah kita lakukan. Hal ini dilakukan oleh ulama terdahulu ketika ditimpa musibah maka yang pertama diingat adalah dosa mereka untuk kemudian segera bertaubat kepada Allah 'azza wa jalla.

Sahabat Umar bin Khattab rahiallahu 'anhu ketika menjadi khalifah dan terjadi gempa bumi, maka yang pertama disampaikan kepada kaum muslimin adalah agar bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Begitu pula Umar bin Abdul Aziz ketika terjadi musibah pada zaman beliau maka yang pertama beliu nasihatkan kepada kaum muslimin adalah agar bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Maka tidak ada salahnya bahkan sangat baik ketika ada yang ditimpa musibah kita nasihati mereka untuk bertaubat, untuk ber-muhasabah, mengingat dosa-dosa mereka, untuk meninggalkan semua kezaliman mereka. Dan bisa jadi, musibah yang menimpa kita ditimpa musibah karena doa-doa orang yang kita zalimi. Nabi ﷺ telah bersabda:

"Dan takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi)nya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Kalau kita menzalimi seseorang lalu dia mendoakan keburukan kepada kita maka kita bisa ditimpa keburukan. Oleh karena itu kita nasihati saudara kita yang ditimpa musibah atau orang-orang non muslin yang ditimpa musibah jika mereka berbuat zalim apalagi kepada orang yang beriman agar segera bertaubat kepada Allah. Apalagi menunjukkan kesombongan kepada Allah, merasa sebagai negara yang kuat, tidak ada yang bisa mengalahkan teknologi yang hebat. Perlu kita ingatkan mereka untuk bertaubat kepada Allah. Dan agar kita bisa mengambil pelajaran bagaimana Allah bisa menghancurkan kesombongan manusia hanya dengan virus-virus kecil yang tidak bisa kita deteksi, sebagaimana orang-orang sombong terdahulu Allah matikan hanya dengan seekor lalat. Manusia tidaklah pantas untuk menyombongkan diri. 



*********


Kedua,


إنّ الواجب على كلِّ مسلم أن يحفظ اللهَ -جلّ وعلا- بحفْظِ طاعته امتثالاً للأوامر واجتنابًا للنواهي 
Sesungguhnya wajib atas setiap muslim menjaga Allah jalla wa 'ala, maksudnya menjaga ketaatan kita kepada-Nya, menjalankan perintah-perintah-Na, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 
Ini juga termasuk nasihat Nabi Muhammad ﷺ kepada Ibnu Abbas radhiallahu 'ahuma yang ketika itu masih kecil dan ditanamkan keimanan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Ini juga merupakan pelajaran bagi setiap kita, setiap ayah, setiap kakak, setiap paman, untuk memberikan nasihat kepada anak-anak muda dan anak-anak kecil sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sampaikan kepada Ibnu Abbas radhiallahu 'ahuma:


احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

"Jagalah (agama) Allah, maka Allah akan menjagamu, jagalah (agama) Allah, maka kamu akan mendapati Allah selalu menolongmu." [HR. At-Tirmidzi]


Maksudnya jagalah ketentuan-ketentuan Allah. Jalankan perintah-perintah-Nya, jauhi larangan-larangan-Nya. Maka dengan begitu Allah akan menjaga dirimu. Jagalah Allah maka engkau akan dapati Allah selalu berada di hadapanmu. Selalu memberi petunjuk kepadamu dan memberi pertolongan kepadamu.

Hendaknya kita menghadapi musibah dan malapetaka dengan bertakwa kepada Allah subhanhu wa ta'ala agar kita mendapatkan penjagaan Allah. Ketakwaan adalah sebesar-besarnya sebab hamba mendapatkan pertolongan Allah. Termasuk kita selalu berhadapan dengan orang-orang yang ingin menghancurkan negeri-negeri islam.

Maka jangan pernah kita mengandalkan kita bisa menghadapi mereka dengan kekuatan politik kita. Jangan pula mengandalkan uang, bisnis kita harus besar. Jangan pula mengandalkan media-media kita. Tetapi yang kita andalkan adalah pertolongan Allah 'azza wa jalla. Dan Allah menolong kita apabila kita bertakwa kepada-Nya.

 وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا

"Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allâh mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." [Ali Imran:120]

Ketakwaan yang paling tinggi adalah mengamalkan tauhid, memurnikan ibadah kita hanya untuk Allah, dan membersihkan diri kita dari semua dosa-dosa kesyirikan dan kekafiran. Inilah ketaatan yang paling tinggi.

Kemudian ittiba' kepada sunnah Nabi Muhammad ﷺ dan menjauhi semua perbuatan-perbuatan baru yang mengada-ada dalam agama dan penyelisihan terhadap sunnah-sunnah beliau  ﷺ. Inilah ketakwaan yang paling tinggi. Kemudian kita berusaha menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Di antara bentuk ketakwaan, apabila seseorang ditimpa musbibah maka dia hadapi dengan kesabaran. Musibah jika dihadapi dengan kesabaran akan berubah menjadi kebaikan. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits Rasulullah ﷺ:


عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya” [HR. Muslim]

Inilah tuntunan Nabi ﷺ. Anda kita diuji oleh Allah, tertimpa musibah corona ini atau yang lainnya, maka kita bersabar. Musibah itu berubah menjadi kebaikan. Jika kita sabar malah sebaliknya. Ketidaksabaran kita justru merupakan musibah lebih besar ketimbang musibah yang menimpa fisik kita. Begitu pula kenikmatan jika tidak disyukuri maka akan hilang, berubah menjadi musibah.



*********


Ketiga,


إنّ شريعة الإسلام جاءت ببذْل الأسباب والدّعوة إلى التّداوي ، وأنّ التَّداوي والاستشفاء لا يتنافى مع التّوكّل على الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Sesungguhnya syari'at Islam mengajarkan untuk mengambil sebab-sebab (pencegahan sebelum sakit) dan berobat (ketika sakit), dan itu tidaklah menafikan tawakkal kepada Allah subhanahu wa ta'ala (selama hati kita bergantung hanya kepada-Nya).
Kita juga dianjurkan untuk melakukan sebab-sebab agar terhindar dari penyakit ini, begitu pula sebab-sebab untuk mengobatinya (apabila sudah sakit). Hal itu dianjurkan di dalam syariat untuk semua penyakit dan tidak menafikan tawakkal kita kepada Allah tetapi dengan syarat cara pengobatannya tidak bertentangan dengan syariat dan kita meyakini bahwa pengobatan itu hanyalah sebab. Hati kita tidak boleh bergantung kepadanya. Bergantunglah hanya kepada Allah dan yakin hanya Allah yang menyembukan kita. Jika Allah kehendaki sembuh maka akan sembuh, begitu pula sebaliknya. Maka jangan pernah bergantung kepada sebab.

Contohnya islam mengajarkan kita untuk mencegah penyakit. Misalnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ تَصَبَّحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ

"Barangsiapa di pagi hari makan tujuh biji kurma 'ajwah setiap harinya, maka tidak akan membahayakan terhadap dirinya baik itu racun dan juga sihir pada hari itu." [HR. Bukhari no. 5327]

Jika tidak ada kurma ajwa, maka kita berikhtiar kurma apa saja sebagai penggantinya. Hal ini menunjukkan bahwa islam mengajarkan pencegahan. Maka tidak mengapa kita melakukan vaksin misalnya. Begitu pula islam mengajarkan kita untuk menjaga kebersihan dan kesucian. Tidak ada agama di muka bumi yang mengajarkan kebersihan dan kesucian secara detail selain islam.

Misalnya ketika akan memakan hewan sembelihan maka kita sembelih sesuai syariat salah satu tujuannya untuk mengeluarkan darah karena darah itu najis dan di dalamnya terdapat banyak penyakit yang mungkin terkumpul. Begitu pula kita dilarang memakan hewan-hewan yang kotor. Yakinlah ketika islam mengharamkan untuk memakan sesuatu pasti ada bahaya-bahaya yang mungkin hari ini belum ketahui. Termasuk yang dilarang dimakan di dalam syariat islam adalah kelelawar karena Rasulullah ﷺ melarang membunuh kelelawar.

ولا تقتلوا الخفاش

"... Janganlah kalian membunuh kelelawar..." [HR. Al-Baihaqi]

Begitu pula Rasulullah ﷺ mengatakan:

و لا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن

"...dan tidaklah ada seseorang yang menjaga wudhu kecuali dia seorang mukmin.” [HR. Al-Hakim dan Ibnu Hibban dari Tsauban radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’: 952]"

Kita dianjurkan setiap batal wuhdu untuk langsung berwudhu walaupun belum hendak shalat. Minimal ketika hendak shalat. Tapi kita dianjurkan setiap batal wuhdu untuk langung berwudhu. Mudah-mudahan dengan sebab itu terhindar dari berbagai penyakit. Jadi islam mengajarkan kita untuk hidup bersih, sehat, bahkan suci dari najis dan hadas. 

Begitu pula termasuk pencegahan terbaik adalah doa-doa yang diajarkan di dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi ﷺ. Salah satunya adalah hadits dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidaklah seorang hamba membaca setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dengan nama Allah, yang bersama namaNya, tidak ada sesuatu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

"Sebanyak tiga kali, maka tidak akan ada apa pun yang membahayakannya"
 [HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi]

Di hadits yang lain Rasulullah ﷺ bersabda:

من آخر سورة البقرة من قرأ بهما في كل ليلة كفتاه

Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya.” [HR. Bukhari & Muslim]

Di hadits yang lain dari Abdullah bin Khubaib radhiallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ , وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ

"Qul huwallahu ahad (Al-Ikhlas), dan dua surat muawwidzatain (An-Naas dan Al-Falaq), ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." [HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428.]

Juga dalam hadits Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma:

"Bahwasanya Nabi tidak pernah meninggalkan doa ini ketika masuk waktu pagi dan waktu sore"

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي، 

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” [HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad No 1200]

Dalam doa tersebut terdapat banyak sekali kandungan untuk meminta perlidnungan kepada Allah 'azza wa jalla dari mara bahaya dari segala penjuru. Bisa jadi penyakit-penyakit itu datang dari mana saja. Mungkin dibawa oleh angin, mungkin dari depan, mungkin dari belakang, dll.



*********


Keempat,


أنَّ الواجب على كلِّ مسلم أنْ لا ينساق مع إشاعات كاذبة
Bahwa wajib bagi setiap muslim untuk mewaspadai berita-berita palsu (hoax).
Kita harus berhati-hati jangan sampai kita ikut serta menyebarkan info yang justru menjerumuskan orang ke dalam bahaya. Banyak contoh berbagai berita yang tidak jelas yang justru menjemuruskan orang terkait wabah penyakit ini.



**********


Kelima,


أنَّ المصائب التي تُصيب المسلمَ سواءً في صحّته أو في أهله وولده أو في ماله وتجارته أو نحو ذلك إن تلقَّاها بالصَّبْر والاحتساب فإنها تكون له رِفْعَة عند الله جلّ وعلا
Bahwa musibah yang menimpa seorang muslim, yang membahayakan kesehatannya, keluarganya, anaknya, hartanya, bisnisnya atau yang semisalnya hendaklah dihadapi dengan kesabaran dan mengharap pahala dari Allah 'azza wa jalla, maka itu akan menjadi peninggi derajatnya di sisi Allah jalla wa 'ala.
Kelima, bahwasanya setiap musibah yang menimpa seorang muslim, maka hendaknya dihadapi dengan kesabaran serta ihtisab atau mengharap pahala dari Allah 'azza wa jalla. Begitu besarnya pahala sabar sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala:

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas." [QS. Az-Zumar: 10]

Bahkan musibah bagi seorang muslim juga merupakan penghapus dosa bukan hanya pahala sabar.


**********


Keenam,


أنَّ أعظم المصائب المصيبة في الدين فهي أعظم مصائب الدنيا و الآخرة
Bahwa musibah terbesar yang harus lebih kita khawatirkan adalah musibah yang menimpa agama (yaitu kerusakan akidah, ibadah dan akhlak), karena itulah musibah terbesar di dunia dan akhirat.
Orang yang memiliki aqidah yang rusak, atau ibadah yang rusak, atau akhlaq yang rusak, sebenarnya dialah yang mendapatkan musibah terbesar. Itu yang harus kita khawatirkan dari sekedar musibah yang mengancam fisik kita. Kalau ketika kita mati dengan musibah yang fisik kita tetapi kita menghadap Allah dengan aqidah yang benar, ibadah yang benar, dan akhlaq yang mulia maka telah menanti kenikmatanyang abadi. Tetapi sebaliknya meskipun kita sehat-sehat mati bukan karena penyakit yang berbahaya, namun menghadap Allah dengan aqidah yang rusak, dengan kesyirikan dan kekufuran, dengan ibadah-ibadah yang tidak diterima oleh Allah dengan akhlaq yang buruk, maka telah menanti kita musibah yang sangat dahsyat yaitu azab kubut, azab di hari kebangkitan, dan azab neraka. Inilah yang harus lebih kita khawatirkan. Maka jaga dengan menuntut ilmu agama, mengamalkannya, dan menjauhi perbuatan-perbuatan dosa.


Wallahu a'lam bish-shawab


_____________________

Ditulis oleh Divisi Dakwah CRAST
Sumber kutipan ayat Al-Qur'an dan hadits tertulis